Assalamu’alaikum.WR.WB
Perkenalkan nama saya Nadya Nur Azmi, atau lebih akrab dipanggil Nadya. Saya adalah seorang mahasiswa semester 2 yang berkuliah di Akademi Terapi Wicara – Yayasan Bina Wicara (ATW –YBW) yang beralamatkan di Jl. Kramat VII No.27, Jakarta. Saya akan menceritakan sedikit bagaimana awal mula bisa kenal dan kegiatan perkuliahan di Akademi Terapi Wicara. Sebelum daftar di Akademi Terapi Wicara ini saya sudah pernah daftar di Poltekkes Jakarta 3 dengan jurusan kebidanan. Saya mengikuti tes masuk jalur uji tulis gelombang pertama dan kedua di Poltekkes Jakarta3, di gelombang pertama jalur uji tulis saya gagal dan mencoba lagi di gelombang kedua. Di gelombang kedua alhamdulillah saya lolos di jalur uji tulis, senang? tentu saja senang bukan main, karena merasa sudah lega dengan lolosnya di jalur uji tulis. Beberapa minggu setelah pengumuman uji tulis, dilakukanlah uji kesehatan. Karena tinggi badan saya 153 saya percaya diri untuk masuk poltekkes, karena minimal tinggi badan untuk kebidanan adalah 150. Beberapa tes sudah saya lakukan dan tidak ada masalah dengan tes tersebut, namun terdapat satu masalah pada tes pengukuran tiggi badan yang saya lakukan. Tinggi badan saya seharusnya 153 tetapi saat diukur di Poltekkes menjadi 148. Saya sudah berfikiran “saya pasti tidak lolos uji kesehatan karena tinggi badan saya kurang” dan betul saja saat pengumuman nama saya tidak ada di pengumuman uji kesehatan tersebut. Karena keluarga sudah mengetahui kegagalan saya akhirnya keluarga mencarikan alternatif lain supaya saya bisa berkuliah dan akhirnya tante saya yang bekerja dibidang kesehatan (OkupasiTerapi) di RS. Hermina Bekasi merekomendasikan Akademi Terapi Wicara yang memiliki prospek kerja yang bagus. Akhirnya saya cari tau tentang Akademi Terapi Wicara setelah sudah mengetahui beberapa info tentang ATW dengan keyakikan hati saya memutuskan untuk mendaftar di Akademi Terapi Wicara gelombang 2 pada tanggal 29 Juli 2019. Setelah menjalani serangkaian tes alhamdulillah saya dinyatakan lulus, dilanjutkan dengan wajib mengikuti kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru atau biasa disebut dengan PKKMB pada tanggal 27 Agustus -30 Agustus 2019. Di hari pertama PKKMB diisi dengan kegiatan perkenalan dengan teman-teman dan kakak tingkat dari Senat yang memiliki panggilan sendiri yaitu kanda dan yunda, Setelah itu ada pembagian kelompok dan pemberitahuan barang apa saja yang harus dibawa besok. Dihari selanjutnya sudah mulai banyak kegiatan, diawali dengan sambutan dari Direktur dan pembekalan materi dari beberapa dosen. Tidak hanya itu saja, seluruh cama-cami (calon mahasiswa dan mahasiswi) diberitahukam lagu MARS Akademi Terapi Wicara Jakarta dan Gaudeamus, tidak lupa juga para cama-cami diberikan yel-yel , selain itu juga ada banyak sekali games seru. Dihari terakhir cama-cami wajib menampilkan sebuah pertunjukan seni dari masing-masing kelompoknya, ada yang menyanyi dan ada juga yang menari. Pokoknya kegiatan PKKMB berlangsung seru dan cukup melelahkan. Akhirnya selesai juga masa PKKMB selesai juga masa berangkat gelap pulang gelap. Senang rasanya dinyatakan lulus dari PKKMB.
Untuk jadwal perkuliahan di Akademi Terapi Wicara dibilang sangat padat, dari hari senin- jumat wajib datang ke kampus pukul 08.00 dan selesai perkuliahan pada pukul 14.40, di hari senin dan kamis ada kegiatan keagamaan untuk yang beragama islam membaca Al-Quran dan belajar ilmu tajwid setiap 3 mimggu sekali, lalu untuk yang beragama non islam ada kegiatan rokris. Setelah keagamaan selesai barulah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dan dihari jumat diisi untuk FEA (Friday Exciting Activity) yang didalamnya ada kegiatan senam bersama, UKM, dan keputrian untuk mahasiswi. Untuk UKM itu sendiri mahasiswa dibebaskan untuk memilih mana yang sesuai dengan minat dan bakat, ada Seni Tari, Musik, English Club, DKV (Desain Komunikasi Visual), Writing, Bulu Tangkis, Tenis Meja. Dan saya sendiri awalnya memutuskan untuk bergabung dengan UKM Musik, karena saat SMP saya pernah mengikuti ekstra kulikuler Vocal dan begitupun di SMA saya mengikuti dua ekstra kulikuler diantaranya ada Vocal dan Tari Ratoeh Jaroe. Dan di ATW saya juga memutuskan untuk mengikuti UKM Musik. Tapi karena di UKM Musik terlalu banyak anggotanya, akhirnya anggota diminta untuk mengajukan diri untuk keluar. Akhirnya saya yang mengajukan diri untuk keluar dan mengikuti UKM Writing, di UKM Writing ternyata bakat saya membuat puisi terlihat.
Di semester I mata kuliah yang ditempuh berjumlah 20 sks. Ada mata kuliah Anatomi & Fisiologi, Pengantar Neuro Sains Bahasa, Bahasa Indonesia, Psikologi, Audiologi, Bahasa Inggris, Komunikasi Normal, dan Ortopedagogik. Tidak hanya itu, mahasiswa semester I juga wajib menjalani kursus komputer setiap minggunya. Untuk fasilitas dikelas cukup memadai. Ada proyektor, sound, mikrofon untuk dosen saat menyampaikan materi, AC, Kipas angin dan juga Wifi. Diawal kegiatan belajar mengajar dosen menyampaikan kontrak belajar dan apa saja sanksi yang akan diberikan apabila mahasiswa melanggar peraturan, seperti mahasiswa pada umumnya kami diberi tugas individu, kelompok, kuis sebagai nilai tambah, UTS dan juga UAS. Selain itu juga mahasiswa semester I mendapat tugas turun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi ke beberapa SLB (Sekolah Luar Biasa). Semester I ditutup dengan kegiatan Classmeeting antar angkatan, saya dan teman-teman juga ikut berpartisipasi, ini jadi acara penyaluran bakat, kekeluargaan, dan seru-seruan sebelum liburan tiba.
Setelah kurang lebih satu bulan libur, seluruh mahasiswa masuk kembali pada tanggal 3 Februari 2020. Dan saya sekarang sudah menjadi mahasiswa semester II, perasaan senang, takut dan resah saya rasakan sekarang, senang karena bisa mengikuti kegiatan perkuliahan dengan baik tetapi takut juga karena nanti semakin banyak mata kuliah yang sulit dan hal baru yang harus dihadapi kedepannya. Untuk semester II ini mahasiswa harus menempuh 22 sks. Ada mata kuliah Statistik dan Metode Ilmiah, Kewirausahaan dan Peralatan Terapi Wicara, Dislalia, Manajemen Klinik I, Linguistik, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Etika dan Regulagi Terapi Wicara, Keterampilan Klinik Dasar I, dan Gangguan Perkembangan Pervasif. Ditambah dengan kegiatan literasi perkelompok, dan juga nantinya aka nada kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) untuk anak dan dewasa.
MENGENAL AKADEMI TERAPI WICARA
Terapis Wicara adalah profesi tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi melakukan penanganan untuk gangguan bahasa, wicara, suara, irama kelancaran, dan gangguan menelan.
Sebagian contoh kondisi individu yangb membutuhkan terapi wicara : Autisme, tuna rungu, mental retardasi, Down syndrome, celah bibir dan langit-langit, post stroke, gagap dan latah.
Tempat-tempat yang membutuhkan Terapis Wicara, yaitu:
1. Rumah Sakit
2. Klinik
3. Sekolah yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus
4. Pusat tumbuh kembang anak
5. Stoke Center
Kamis, 14 Mei 2020
Penerimaan Mahasiswa/i baru Akademi Terapi Wicara
Info Penting :
Penerimaan Mahasiswa/Mahasiswi Baru Akademi Terapi Wicara - Yayasan Bina Wicara Tahun 2020-2021 ๐๐๐
Segera daftarkan diri anda, dan jadi bagian dari Kampus Akademi Terapi Wicara - Yayasan Bina Wicara๐
Untuk info lengkapnya, silahkan kunjungi wabsite Akademi Terapi Wicara - Yayasan Bina Wicara.
Penerimaan Mahasiswa/Mahasiswi Baru Akademi Terapi Wicara - Yayasan Bina Wicara Tahun 2020-2021 ๐๐๐
Segera daftarkan diri anda, dan jadi bagian dari Kampus Akademi Terapi Wicara - Yayasan Bina Wicara๐
Untuk info lengkapnya, silahkan kunjungi wabsite Akademi Terapi Wicara - Yayasan Bina Wicara.
"Kegiatan pembelajaran di kampus akademi terapi wicara"
Assalamualaikum Wr. Wb
Kali ini saya akan menceritakan bagaimana kegiatan pembelajaran di kampus Akademi Terapi Wicara – Yayasan Bina Wicara (ATW –YBW) yang beralamatkan di Jl. Kramat VII No.27, Jakarta. Kegiatan belajar mengajar di ATW dimulai pada hari senin sampai hari jumat wajib datang ke kampus pukul 08.00 dan selesai perkuliahan pada pukul 14.40, di hari senin dan kamis ada kegiatan keagamaan untuk yang beragama islam membaca Al-Quran dan belajar ilmu tajwid setiap 3 mimggu sekali, lalu untuk yang beragama non islam ada kegiatan rokris. Setelah keagamaan selesai barulah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada hari jumat tidak ada kegiatan belajar mengajar namun diganti dengan kegiatan FEA (Friday Exciting Activity) yang didalamnya ada kegiatan senam bersama, UKM, dan keputrian untuk mahasiswi.
Namun saat ini karena adanya pandemi virus Covid - 19 yang sedang menyerang Indonesia terutama jakarta yang menjadi pusatnya akhirnya pemerintah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di jakarta dan daerah lainnya. PSBB tersebut berdampak juga pada kegiatan pembelajaran di kampus ATW yang merubah kegiatan belajar mengajar menjadi dilaksanakan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada.
Kegiatan belajar mengajar di lakukan melalui aplikasi WhatsApp dan Goggle Classroom dan untuk melakukan ujian tengah semester dilakukan di aplikasi Quiziz. Tak jarang juga dosen memberikan tugas pada mahasisw/i ATW yang biasa di kumpulkan melalui email atau WA. Walaupun kuliah dilakukan secara online dosen dan mahasiswa/i ATW tetap aktif saat pembelajaran online dilakukan.
Kali ini saya akan menceritakan bagaimana kegiatan pembelajaran di kampus Akademi Terapi Wicara – Yayasan Bina Wicara (ATW –YBW) yang beralamatkan di Jl. Kramat VII No.27, Jakarta. Kegiatan belajar mengajar di ATW dimulai pada hari senin sampai hari jumat wajib datang ke kampus pukul 08.00 dan selesai perkuliahan pada pukul 14.40, di hari senin dan kamis ada kegiatan keagamaan untuk yang beragama islam membaca Al-Quran dan belajar ilmu tajwid setiap 3 mimggu sekali, lalu untuk yang beragama non islam ada kegiatan rokris. Setelah keagamaan selesai barulah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada hari jumat tidak ada kegiatan belajar mengajar namun diganti dengan kegiatan FEA (Friday Exciting Activity) yang didalamnya ada kegiatan senam bersama, UKM, dan keputrian untuk mahasiswi.
Namun saat ini karena adanya pandemi virus Covid - 19 yang sedang menyerang Indonesia terutama jakarta yang menjadi pusatnya akhirnya pemerintah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di jakarta dan daerah lainnya. PSBB tersebut berdampak juga pada kegiatan pembelajaran di kampus ATW yang merubah kegiatan belajar mengajar menjadi dilaksanakan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada.
Kegiatan belajar mengajar di lakukan melalui aplikasi WhatsApp dan Goggle Classroom dan untuk melakukan ujian tengah semester dilakukan di aplikasi Quiziz. Tak jarang juga dosen memberikan tugas pada mahasisw/i ATW yang biasa di kumpulkan melalui email atau WA. Walaupun kuliah dilakukan secara online dosen dan mahasiswa/i ATW tetap aktif saat pembelajaran online dilakukan.
Selasa, 24 Maret 2020
MENGENAL SUMBING
Definisi
Sumbing
Sumbing
adalah terdapatnya celah pada bibir atas yang disertai celah palatum, yaitu celah
pada atap atau langit – langit mulut sehingga menimbulkan adanya hubungan
langsung anatara hidung dengan mulut.
Epidemiologi
Insidensi
terjadinya bibir sumbing bervariasi, tergantung pada etnis. Salah satu sumber
menyatakan insidensi bibir sumbing pada etnis Asia terjadi sebanyak 2,1 : 1.000
kelahiran, danpada etnis Afrika-Amerika 0,41 : 1000 kelahiran.
Penyebab
Sumbing
a.
Embriologi
Perkembangan
wajah dan bibir atas terbentuk pada minggu ke-5 hingga minggu ke-9 kehamilan.
Tonjolan medial dan lateral nasal / hidung terbentuk dari kedua sisi tonjolan
frontonasal. Tonjolan nasal medial bertumbuh semakin besar dan bertemu satu
sama lain di garis tengah. Tonjolan maksilaris berkembang menjadi tulang kepala
dari tonjolan mandibula atau lengkung brankial pertama. Tonjolan maksila tumbuh
ke depan dan ke medial di bawah tonjolan nasal lateral. Tonjolan tersebut terus
tumbuh ke arah medial bersatu dengan tonjolan nasal medial dan kemudian
berkembang bersama dengan bertemu di garis tengah. Wajah terbentuk pada minggu
ke-8. Tonjolan fasial terdiri dari lapisan epitel dan kor mesenkim. Diyakini
bahwa penyatuan lapisan epitel ini diikuti penetrasi mesenkim. Kegagalan
penyatuan prosesus/tonjolan ini menyebabkan sumbing. Perkembangan palatum terjadi pada minggu ke-6 hingga mingsu
ke-11 kehamilan. Palatum sendiri tumbuh dari bagian dalam tonjolan maksila.
Mulanya mereka menggantung vertikal ke bawah dengan lidah diantaranya. Ketika
leher mulai memanjang antara 8 hingga 9 minggu kehamilan, lidah berpindah turun
ke bawah. Palatum/langit-langit itu sendiri juga berkembang semakin horizontal,
menyatu dari langit-langit anterior/ depan diikuti penyatuan langit-langit
hingga ke belakang.
b.
Patofisiologi
Adanya gangguan perkembangan wajah di usia kehamilan 3-8
minggu (terutama usia kehamilan 5-6 minggu) dapat menimbulkan bibir sumbing.
Hal ini terjadi akibat:
1. Kegagalan penyatuan
tonjolan nasal medial dan tonjolan maksila pada satu sisi (sumbing bibir
unilateral) atau pada kedua sisi (sumbing bibir bilateral).
2. Kegagalan penyatuan
tonjolan palatum median (berasal dari tonjolan Frontonasal dan tonjolan Nasal
Medial) dan tonjolan palatum lateral (berasal dari tonjolan maksila) yang
menyebabkan sumbing palatum.
c.
Etiologi
Walaupun secara pasti etiologi belum diketahui, tetapi
adanya faktor yang diperkirakan berperan pada terjadinya bibir sumbing yaitu
zat-zat teratogen dan genetik. Pajanan antikonvulsan fenitoin terhadap janin
dalam rahim berhubungan dengan terjadinya bibir sumbing. Faktor lain yaitu ibu
yang merokok saat hamil, alkohol, defisiensi asam folat, vitamin B6, dan Zinc.
d.
Faktor
resiko
1. Etnik/Ras Asia lebih sering terjadi dibanding
Kaukasia.
2. Riwayat sumbing pada orang tua/keluarga.
3. Riwayat penyakit keluarga (contoh: Sindrom van der
Woude).
4. Usia orang tua; risiko meningkat apabila usia kedua
orang tua > 30 tahun.
5. Penggunaan antikonvulsan pada saat hamil.
Jenis
– jenis Sumbing
1. Sumbing bibir unilateral: Microform cleft lip, Incomplete cleft lip, Complete cleft lip.
2. Sumbing bibir bilateral: Incomplete bilateral cleft,
Complete bilateral cleft.
3. Sumbing palatum: Unilateral cleft lip and palate,
Bilateral cleft lip and palate, Isolated cleft palate, Submucous cleft palate.
Penanganan
Pasien Sumbing Secara Multidisiplin
1.
Diagnosis
Bibir sumbing (dengan atau tanpa sumbing palatum)
a
Jaringan
yang terlibat dalam kelainan ini:
1)
Dapat
meliputi hanya batas vermilion.
2)
Beberapa
kasus sampai pada palatum dan dasar hidung.
b
Dapat
dihubungkan dengan gangguan/abnormalitas gigi.
c
Sumbing
dapat unilateral atau bilateral (dua sisi).
d
Sering
dihubungkan dengan abnormalitas kolumela.
Sumbing langit-langit/Palatoschizis (sumbing palatum)
a
Defek
garis tengah berawal di uvula.
b
Dapat
melibatkan jaringan lunak dan keras palatum serta foramen insisivus.
2.
Manajemen
Sumbing
Terdapat berbagai macam tantangan pada manajemen
sumbing bibir maupun palatum yang ditemui oleh penderita
maupun keluarga. Hal ini disebabkan karena penanganan sumbing membutuhkan
perhatian berkesinambungan semenjak bayi lahir hingga dewasa untuk mencapai
hasil akhir yang lebih baik. Kelainan sumbing baik sumbing bibir maupun
palatum, dapat diperbaiki dan dikoreksi dengan baik. Penderita sumbing juga
dapat memiliki beberapa masalah seperti bentuk anatomis wajah yang tidak
simetris, masalah gizi, terbatasnya pendengaran dan berbicara, rentan terhadap
infeksi telinga, gigi geligi yang tumbuh tidak teratur, dan yang paling penting
yaitu masalah estetik dari penampakan wajah yang dapat berpengaruh dengan
perkembangan psikologis dan mental penderita.
Kelainan
sumbing merupakan kelainan yang kompleks dan membutuhkan perawatan dan koreksi
dengan kerjasama tim dari berbagai macam disiplin ilmu. Pendekatan secara
multidisipliner kemudian dibutuhkan untuk membentuk sebuah tim sumbing yang
khusus menangani sumbing serta mampu menyediakan follow-up jangka panjang pada
penderita sumbing.
Meskipun tidak semua penderita membutuhan semua tipe
spesialis, namun tim interdisipliner untuk menangani sumbing biasanya terdiri
dari:
·
Dokter
Bedah (Dokter Bedah Plastik, Dokter Bedah Kraniofasial)
·
Dokter Gigi Anak atau Dokter Gigi
Spesialis Prosthodontist (ahli membuat alat prostetik gioi palsu) dan
Orthodontist
·
Dokter ahli Genetik (untuk mengetahui
sindrom kraniofasial lainnya yang mungkin diderita oleh pasien)
·
Spesialis Rehabilitasi Medis/Fisioterapi
untuk terapi wicara yang tidak hanya menilai masalah bicara namun juga masalah
feeding (makan)
·
Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan
(THT) (untuk menilai pendengaran anak dan menangani apabila terjadi infeksi
telinga)
·
Dokter Spesialis Anak (untuk memantau
kesehatan dan perkembangan anak secara keseluruhan)
·
Dokter Spesialis Mata (untuk memeriksa
penglihatan anak yang mungkin terpengaruh akibat suatu sindrom yang diderita)
·
Ahli Gizi (untuk membantu dalam asupan
nutrisi anak)
·
Perawat (mendampingi ibu untuk mengamati
kesehatan anak dan perawatan anak)
·
Dokter Ahli Kejiwaan (Psikiater)/
Psikolog (untUN mendampingi ibu secara psikologis dalam merawatanak sumbing dan menangani masalah-masalah psikososial
yang muncul) Dan Dokter Ahli lainnya yang berhubungan dalam penanganan kelainan
kraniofasial.
Penderita sumbing idealnya membutuhkan perhatian dan
perawatan khusus selama beberapa tahun, sehingga dibutuhkan komunikasi dan
kerja sama yang baik antara sesama masing-masing dokter spesialis dan antara
dokter spesialis dengan orang tua. Rekomendasi penanganan yang akan dipilih
harus dikomunikasikan dan didiskusikan bersama orang tua pasien agar keduabelah
pihak dapat bekerjasama untuk menyediakan perawatan yang optimal pada penderita
sumbing. Penderita sumbing sebaiknya di pantau secara teratur dan menyeluruh
sampai masa dewasa.
3.
Pemberian
Minum – Makan (Feeding)
Bayi dengan sumbing bibir dan langit-langit atau bayi
dengan sumbing langit-langit, memiliki celah pada langit- langit, sehingga
terbentuk suatu celah antara rongga mulut dan rongga hidung, yang mengakibatkan
bayi tidak dapat menyedot susu dari botol atau ASI dari Ibu dengan baik. Maka
dari itu, bayi dengan sumbing langit-langit membutuhkan dot khusus yang dapat
membantu bayi meminum susu/ASI dengan baik..
Payudara Ibu ideal untuk mulut bayi karena teksturnya
yang lembut sehingga dapat menyesuaikan dengan kelanan bibir atau mulut bayi.
Bayi dapat mengendalikan aliran ASI dan posisi payudara dalam mulutnya, Semakin
cepat menyusui dimulai maka bayi akan lebih cepat danat menyesuaikan diri.
Terkadang dalam memberikan
ASI kepada bavi dengan
sumbing langit-langit dapat terjadi ASI yang mengalir keluar melalui hidung
bayi. Hal tersebut merupakan masalah yang sering dijumpai, namun ASI merupakan
cairan tubuh yang tidak mengiritasi selaput lendir. Karena itu, ASI merupakan
pilihan optimal untuk memberikan nutrisi pada bayi sumbing.
Dalam menyusui bayi dengan sumbing langit-langit,
terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu jumlah ASI yang diminum cukup, waktu pemberian ASI yang
tepat, dan menghindari udara yang masuk pada saat menyusui terlalu banyak. Oleh
karena itu, untuk memenuhi hal tersebut dalam menyusui bayi sumbing perlu
diperhatikan :
1.
Pada
saat menyusui, bayi dalam posisi duduk dengan badan sedikit tegak, untuk
mencegah ASI/ susu mengalir ke dalam hidung.
2.
Menjaga
posisi botol agar tetap terangkat, sehingga bagian puting botol tetap terus
terisi oleh ASI/susu.
3.
Pada
saat bayi sedang menyusui, dapat terjadi keluarnya susu/ASI melalui hidung
bayl. Jangan panik jika hal ini terjadi. Posisikan bayi lebih tegaklagi. Jumlah
susu yang keluar melalui hidung akan berkurang. Bayi akan batuk, dimana hal ini
akan membersihkan hidung.
4.
Pada
saat menyusui, bayi perlu sering sendawa. Lakukan hal tersebut dengan
menggendong bayi secara tegak dan menepukkan punggung bayi dengan pelan. Lakukan
hal tersebut 2-3 kali setiap bayi menyusui.
5.
Waktu
yang dibutuhkan untuk menyusui adalah 30-45 menit setiap kalinya. Jumlah
susu/ASI yang diberikan adalah sebanyak 60-90 ml setiap kali menyusui.
6.
Menyusui
yang baik adalah sebanyak 6-8 kali setiap harinya.
4.
Jenis
Botol
Botol yang dapat digunakan untuk bayi dengan sumbing
langit- langit adalah botol dan dot standar yang dimadifikasi dengan membuat
sayatan pada bagian dot berbentuk huruf V.
Sayatan dapat dibuat dengan menggunakan pisau /
gunting dengan membuat huruf v melalui lubang pada dot, dengan panjang lengan v
kira- kira 0.3 cm.Dengan menggunakan dot yang telah disayat tersebut, maka
jumlah susu yang dapat disedot oleh bayi menjadi lebih banyak. Hal ini akan
membantu bayi dengan sumbing langit-langit yang memiliki kemampuan menghisap
yang berkurang.
Selain menggunakan dot di atas, menyusui bayi dengan
sumbing langit-langit juga dapat dilakukan dengan beberapa dot khusus,
diantaranya:
1)
Dot
dengan merk "M" Dot ini adalah dot khusus untuk bayi dengan sumbing
langit-langit, berbentuk khusus yang memungkinkan ibu untuk mengatur tekanan
dan jumlah susu/ASI yang diberikan untuk bayi. Susu/ ASI juga akan mengalir
kedalam mulut bayi tanpa bayi harus menghisap kuat, cukup dengan gigitan dari
bayi. Kelemahannya adalah harga dot ini cukup mahal dan belum tersedia di
daerah-daerah di luar kota besar.
2)
Dot
dengan botol elastis Dot ini khusus disertai dengan botol elastis yang dapat
ditekan oleh ibu, sehingga aliran susu/ASI dapat diatur oleh Ibu. Bayi tidak
perlu menghisap kuat. Kelemahan dot ini sama dengan dot "M" yaitu
harga yang mahal.
Untuk bayi dengan sumbing bibir saja tanpa sumbing
langit- langit/palatum, maka bayi masih dapat menyusui ibu secara langsung.
Bayi tersebut masih dapat menghisap dengan normal sehingga bayi juga masih
dapat menggunakan dot standar atau dot yang agak lebar yang dapat menutup celah
sumbing pada bayi.
Bayi dengan sumbing bibir dan langit-langit biasanya
akan mengalami penurunan berat badan pada 2 minggu pertama setelah lahir. Namun
jika pemberian susu/ASI berjalan dengan baik, maka pada usia 2/3 minggu berat
badan bayi akan kembali seperti saat lahir. Kenaikan berat badan yang baik
adalah sebanyak rata- rata 4 kg setiap minggu atau 1 kg per bulan.
5. Masalah
Telinga pada Sumbing Palatum
a)
Infeksi
Telinga (Otitis Media)
Saluran
tuba eustachius berfungsi untuk ventilasi telinga, yang dapat menyeimbangkan
tekanan udara telinga tengah dan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer)
dengan membawa udara dari nasofaring ke telinga tengah. Saat telinga tengah
tidak terventilasi dengan baik, maka cairan dapat terakumulasi sehingga dapat
menyebabkan infeksi telinga. Otot yang ada pada bagian palatum yang Iunak
(palatum mole), yaitu otot levator veli palatini dan otot tensor veli palatini,
mempunyi fungsi untuk membuka dan menutup saluran tuba eustachius dan mencegah
adanya aliran balik (refluks) dari faring saluran tuba eustachius.
Pada
sumbing langit-langit, saluran tuba eustachius tidak dapat membuka dan menutup
dengan baik. Adanya celah di palatum menyebabkan otot-otot yang berada palatum
mole yang berfungsi untuk membuka dan menutup tuba eustachius tidak dapat
berfungsi dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan anak yang menderita sumbing
palatum teoritis dapat mengalami infeksi telinga tengah (otitis media)
berulang.
b)
Masalah
Pendengaran pada Sumbing Palatum
Meskipun
anak dengan sumbing palatum dapat menderita penurunan pendengaran tipe
sensorineural (akibat kelainan syaraf pendengaran), kebanyakan hilangnya
pendengaran pada sumbing palatum memiliki tipe konduktif akibat akumulasi
cairan. Terjadinya infeksi telinga pada anak terkadang dapat menyebabkan
berkurangnya sedikit pendengaran secara sementara (mild hearing loss) dikarenakan
akumulasi cairan di telinga tengah. Pendengaran akan pulih kembali seiring
dengan sembuhnya infeksi telinga tengah. Infeksi telinga tengah dapat pula
menetap menjadi infeksi telinga kronik (otitis media kronik) yang dapat
menyebabkan berkurangnya pendengaran yang ringan sampai sedang. Bahkan
terkadang orang tua tidak menyadari terdapat kelainan pendengaran pada anaknya.
Berkurangnya pendengaran ini apabila tidak ditangani dengan seksama oleh dokter
ahli dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara.
6.
Masalah
Berbicara pada Anak Sumbing
Anak yang terlahir dengan sumbing langit-langit
memiliki resiko terjadinya keterlambatan dalam pemahaman bahasa dan berbicara.
Mereka membutuhkan evaluasi dalam berbicara dimulai dari tahun-tahun pertama
kehidupannya sampai dewasa. Ahli rehabilitasi medik spesialisasi terapi wicara
dapat membantu anak dengan memberikan terapi yang tepat tergantung derajat
keterlambatan dalam berbicara yang dialami sang anak. Dengan terapi yang rutin
dengan terapis wicara, kebanyakan anak sudah dapat berbicara dengan normal pada
umur 5 tahun. Anak dengan sumbing langit-langit teoritis lebih rentan mengalami
infeksi telinga tengah (otitis media) daripada anak yang normal. Anak dengan
infeksi telinga yang berulang memiliki resiko lebih tinggi untuk penurunan
pendengaran (hearing lass), keterlambatan dalam pemahaman bahasa dan berbicara.
Hal ini dikarenakan mereka tidak dapat mendengar suara secara normal karena
adanya cairan yang terakumulasi pada telinga tengah sehingga gelombang suara
tidak dapat diteruskan ke gendang teling dengan sempurna.
Anak dengan
sumbing langit-langit juga memiliki struktur palatum yang tidak sempurna
(sebelum dilakukan perbaikan pada sumbing langit-langit), tidak adanya struktur pemisah antara rongga hidung
dan rongga mulut. Hal ini menyebabkan:
a)
Anak tidak dapat menghasilkan tekanan udara yang cukup
pada rongga mulut, karena udara selalu keluar melalui rongga hidung,
b)
Jaringan pada dinding atas mulut sangat sedikit untuk
dapat disentuh oleh lidah. Kedua masalah tersebut yang menyebabkan anak dengan
sumbing langit-langit kesulitan untuk belajar menghasilkan suara.
Keterlambatan
dalam berbicara sering dialami oleh anak dengan sumbing palatum. Anak cenderung
mengalami keterlambatan dalam menghasikan suara dan awal mula berbicara yang
biasanya terjadi diantara bulan ke-9 sampai 24. Oleh karena itu, orang tua
wajib melatih anaknya dalam berbicara serta berinteraksi dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Masalah kemampuan anak dalam menghasilkan suara
akan dapat teratasi setelah langit-langit dioperasi. Anak dapat menghasilkan
lebih banyak suara konsonan serta dapat mengucapkan beberapa kosakata yang
lebih susah, namun kemampuan anak untuk dapat berbicara sering kali mengalami
keterlambatan pada tahun-tahun pertama kehidupannya.
7.
Peran
Terapis Wicara ( Speech Therapist )
Terapi wicara dilakukan oleh Terapis wicara. Terapis wicara berperan dalam menangani
gangguan bicara penderita. Terapi dapat sangat efektif pada penderita dengan
suara sengau (hypernasality) yang ringan, gangguan artikulasi, atau penderita
dengan keterlambatan bicara. Tujuan terapi wicara adalah untuk mengembangkan
kebiasaan bicara yang baik serta untuk belajar bagaimana memproduksi suara
dengan tepat.
Velopharyngeal
Insufficiency (VPI)
Sebanyak 25% anak yang telah dioperasi
langit-langitnya masih memiliki masalah dalam produksi suara. Hal ini
disebabkan karena kondisi inadekuasi/ disfungsi velum dan pharing dalam menutup
(Velopharyngeal Insufficiencyl / VPI). VPI terjadi karena masih ada lubang yang
membuka saat berbicara antara bagian palatum lunak (palatum mole) dengan
dinding belakang dari tenggorokan. Hal ini menyebabkan suara anak menjadi
sengau (hypernasality).
Suara
yang dihasilkan oleh seseorang berasal dari mulut (oral) dan hidung (nasal).
Beberapa suara yang dihasilkan pada saat berbicara muncul dari suara hidung,
seperti suara m dalam mama dan n dalam nana. Kita dapat merasakan area hidung
turut bergetar saat mengucapkan kata tersebut. Lain halnya dengan suara-suara
lainnya dihasilkan melalui mulut, seperti p, w, v, x, dan lain-lain. Suara oral
dihasilkan saat celah velopharyngeal dapat menutup dengan sempurna, sehingga
tidak ada udara yang dapat masuk ke rongga hidung.
Masalah
Psikososial Pada Anak Sumbing
Beberapa permasalahan yang mungkin muncul pada orang
tua dengan anak sumbing beserta pemecahan masalahnya, diantaranya adalah:
1) Orang tua mungkin menganggap jika kelainan sumbing
yang diderita oleh anak adalah karena kesalahan orang tua, maka dari itu
penting bagi orang tua untuk memahami dengan betul mengenai sumbing dan bahwa
penyebab sumbing adalah tidak diketahui. Dokter perlu memberikan keyakinan
terhadap orang tua mengenai proses terjadinya sumbing sehingga orang tua
mengerti bahwa sumbing yang terjadi adalah bukan karena kesalahan orang tua.
2) Orang tua dapat merasakan kecemasan dan kekhawatiran
dalam menyusui anak dengan sumbing. Penting bagi orang tua untuk merasa percaya
diri dan memiliki perasaan jika orang tua mampu dan kompeten dalam menyusui
anak dengan sumbing. Dorongan dan dukungan perlu terus diberikan kepada orang
tua agar mereka merasa percaya diri sehingga proses menyusui berjalan dengan
lancar
3) Rasa cemas juga dapat timbul terhadap bagaimana masa
depan dan kehidupan sosial anak dengan sumbing. Perlu ditanamkan harapan yang
tinggi dan rasa optimisme dalam orang tua. Perlu dilakukan dukungan dan
dorongan terhadap orang tua agar mereka dapat secara aktif mencari informasi
mengenai sumbing serta mencari dukungan secara sosial, contohnya adalah dengan
berhubungan dengan orang tua yang pernah memiliki pengalaman yang sama, dan
sudah menjalaninya. Hal ini akan sangat membantu orang tua dengan anak sumbing
untuk dapat merasa percaya diri dan optimis.
4)
Orang
tua mungkin khawatir dengan pertumbuhan pergaulan sosial anak yang lahir dengan
sumbing. Bayi dan anak sumbing mungkin
akan menarik diri dari keluarga dan teman. Adalah sangat penting untuk
memanfaatkan waktu bersama dengan bayinya, dengan memeluknya, memberikan kasih
sayang dan kehangatan, dan mengajak bicara. Kemudian bila anak mulai memiliki
teman, penting bagi orang tua untuk membuat rumah sebagai tempat yang aman bagi
anak.
5) Orang tua dapat memiliki perasaan khawatir mengenai
bagaimana pembiayaan serta dana yang harus dikeluarkan untuk operasi serta
penanganan anak dengan sumbing. Orang tua perlu mengetahui informasi yang jelas
mengenai jenis operasi serta pembiayannya. Walaupun orang tua mempunyai
asuransi kesehatan, biayanya mungkin tidak ditutup oleh asuransi. Orang tua
dapat memanfaatkan program pemerintah seperti jaminan pelayanan kesehatan
masyarakat dan jaminan pelayanan kesehatan keluarga. Satu kali operasi biayanya
berkisar antara 2,5 juta hingga 5 juta rupiah bergantung pada tingkat
kesulitan, lamanya operasi, pemakaian habis pakai, rumah sakit, serta
dokternya. Jika orang tua masih merasa berat dengan biaya yang harus
dikeluarkan, maka terdapat organisasi / yayasan sosial yang dapat membantu
biaya operasi anak dengan sumbing.
6) Perasaan khawatir orang tua mengenai kemampuan bicara
anaknya dengan kondisi sumbing yang ada. Orang tua perlu memahami jika
perkembangan bicara pada anak dengan sumbing terutama sumbing langit- langit
masih dapat berjalan dengan baik. Namun memang dalam belajar berbicara, bayi
dengan sumbing mungkin akan sedikit lebih lama dari biasanya dan harus dioperasi
terlebih dahulu pada umur kurang lebih 1,5 tahun. Kemudian setelah itu speech
therapist dapat membantu anak agar perkembangan bicaranya baik.
Referensi :
Sudjatmiko,Gentur.2015. “Mengenal Sumbing”. Jakarta:
Yayasan Lingkar Studi Bedah Plastik.
Langganan:
Komentar (Atom)
